Buku karya Chris Anderson ini sebenarnya buku yang terbilang sudah cukup lama dipublikasikan, tahun 2008. Secara content pun tidak ada konsep yang baru. Namun bagi siapa saja yang tertarik dalam bisnis atau kehilangan arah dalam menemukan ide bisnis, buku ini layak untuk dibaca. Dapat dijadikan panduan juga dalam penciptaan produk. Dan bagi yang belum pernah mengetahui tentang konsep ini sebelumnya, tentunya akan menjadi sesuatu yang inspiratif.

Buku The Long Tail (kalau di bahasa kan berarti Ekor Panjang) menjelaskan mengapa banyak produk-produk komersil yang hits mati, tidak berjaya lagi. Banyak perusahaan akan menghasilkan sebagian besar pendapatan dimasa yang akan datang dari produk-produk niche (produk unik untuk konsumen tertentu). Bahkan produk-produk ini diciptakan untuk kebutuhan pelangggan yang paling langka.

Tentunya bagi anak 90an masih ingat dengan kejayaan Britney Spears, Backstreet Boys, dan NSYNC di akhir tahun 90an. Mereka banyak sekali memiliki lagu yang sangat hits pada saat itu. Namun ketika internet muncul di tahun 2000-an awal, penjualan kaset dan CD pun mulai mengalami penurunan.

Produk-produk yang tidak populer apabila dikumpulkan dalam jumlah yang banyak, total penjualannya akan melebihi produk hits.

Bayangkan sebuah kurva penjualan berbagai produk, yang sisi sebelah kirinya terdiri dari beberapa produk yang memiliki jumlah penjualan terbesar sehingga memiliki garis penjualan yang berada di titik puncak kurva. Semakin ke kanan, garis kurva penjualan tersebut akan semakin menurun dan landai, tetapi terdiri dari ribuan produk. Seperti itulah bentuk kurva The Long Tail.

Konsep inilah yang ingin diterapkan di perusahaan yang memproduksi sedikit produk (satu atau dua) unggulan, yang penjualannya jauh diatas produk lainnya. Namun tetap meng-createproduk niche untuk konsumen tertentu yang memiliki penjualan yang biasa saja, namun dalam jumlah produk yang banyak.

Ketika kita dalam bisnis online, hal ini menjadi sangat lumrah terjadi. Dimana ketika kita gabungkan seluruh produk yang berada dalam tail (ekor) yang panjang dan kita bandingkan revenue share nya dengan penjualan produk unggulan, maka hasilnya akan sama atau mungkin saja lebih banyak.

Chris Anderson mengatakan bahwa jika kita dapat menjual produk niche dalam jumlah yang besar, maka mereka dapat bersaing dengan produk yang sangat laris.

Lihat saja Amazon. Mereka dapat menawarkan lebih dari 11 juta buku saat ini di online store mereka. Namun, hal ini tidak dapat dilakukan oleh toko buku terbesar sekalipun didunia ini. Toko buku tersebut mungkin hanya bisa menyimpan kurang dari 200.000 buku. Amazon juga menemukan fakta bahwa 30% dari semua buku yang dibeli oleh pelanggan adalah yang tidak dapat ditemukan di toko buku biasa.

Jika harga rata-rata produk itu sama (seperti harga untuk membeli lagu di iTunes misalnya), tidak masalah bagi kita untuk menjual lagu hits atau lagu daerah yang tidak laku. Gagasan The Long Tail muncul karena bahwa saat ini, sejumlah besar produk tidak populer dapat bersaing dengan sejumlah kecil produk yang sangat populer.

Karena semua orang sekarang dapat memproduksi content sendiri, tail (ekor) nya akan terus semakin panjang.

Tentunya saat ini kita memiliki smartphone atau laptop yang  setiap hari kita gunakan. Dengan device itu saja kita dapat menciptkan content. Kita bisa menjadi produsen, seorang content creator. Kita bisa memiliki studio musik sendiri dengan menggunakan device tersebut. Kita bisa menggunakannya untuk melakukan edit lagu yang kita ciptakan dan tentunya juga dapat menyebarluaskannya ke seluruh penjuru dunia dengan menggunakan device tersebut. Hanya dengan menggunakan satu device.

Alat-alat produksi seperti smartphone dan laptop saat ini hampir dimilki oleh semua orang, dan tentunya tail (ekor) pun akan semakin panjang.

Setiap hari orang sudah berbuat banyak secara online. Dalam sehari, lebih dari 2 juta postingan blog sudah terpublish, lebih dari 6 juta video di upload ke Youtube, lebih dari 500 juta tweet dikirim di Twitter dan lebih dari 60 juta foto di posting ke Instagram.

Karena memproduksi content sekarang murah dan mudah, makanya tidak ada yang mejadi penghalang bagi banyak orang untuk melakukannya dan ini membuat tail (ekor) semakin panjang.

Adanya aggregator membuat produk niche mudah untuk didapatkan. Hal ini akan meningkatkan keuntungan.

Tentunya, untuk menjadikan produk di tail (ekor) yang panjang untung, produk di tail (ekor) tersebut juga harus gemuk. Produk tersebut harus dapat dijual, harus dapat diakses oleh pelanggan yang mau membeli produk tersebut. Disinilah fungsinya aggregator.

Yang dapat menghambat produk niche adalah bahwa produk tersebut tidak dengan mudah ditemukan oleh pelanggan. Bayangkan kita ingin mencari buku lama di sebuah toko buku yang memiliki jumlah buku ribuan, tentunya kita akan kesulitan menemukannya jika kita tidak menggunakan bantuan mesin pencari di toko buku tersebut. Disinilah saatnya kita membutuhkan aggregator.

Chris Anderson membedakan dua jenis aggregator. Pertama adalah Hybrid Aggregator. Dimana produk fisik dibuatkan katalog produk secara online, sehingga mudah dicari dan ditemukan. Yang kedua adalah Digital Aggregator, yang hanya menjual produk digital dan dapat dibeli kapan saja dari mana saja secara online.

Hybrid Aggregator seperti Amazon, tentunya masih menghadapi kendala karena mereka harus menyimpan produk di lokasi fisik tertentu. Namun, Digital Aggregator seperti Spotify, Youtube dan Netflix tidak memiliki keterbatasan di berapa banyak produk yang mereka tawarkan, simpan, dan jual.

Untuk itu, mari kita berkreasi dan gunakan smartphone atau laptop kita untuk membuat content atau produk. Dan jual mereka di aggregator dan nikmati keuntungan setelahnya.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *