Buku karya John C. Maxwell ini dapat dijadikan panduan bagi pemimpin di kondisi apapun saat ini yang bergerak sangat cepat dari sebelumnya. Perubahan merupakan hal yang biasa. Pemimpin yang inovatif harus dapat menunjukkan bagaimana caranya bekerja (showing the way). Strategi change-management yang paling kritis saat ini adalah “Leadershiphift”, sebuah startegi yang memiliki dampak positif pada organisasi dan karyawan. Strategi yang mampu membawa perubahan ke arah yang dinamis. Pemimpin yang mampu mengimplementasikan startegi Leadershiphift memiliki pemikiran yang terbuka. Mereka menyukai perubahan, inovasi dan ide-ide baru. Tentunya mereka juga sosok yang kreatif.

Fokus pada Strategi Memimpin, Bukan pada Strategi Manajemen

Pada tahun 1970-an, manajemen merupakan strategi dalam bisnis yang banyak menyita perhatian. Namun, pada tahun 1990-an, semakin banyak buku tentang kepemimpinan muncul. Banyak orang akhirnya memahami bahwa perubahan semakin cepat  dan kompleks. Perubahan telah menjadi suatu hal yang biasa dalam sebuah organisasi. Ini membuat strategi planning dan managing menjadi sulit. Organisasi tentunya butuh sosok pemimpin yang inovatif, yang dapat menunjukkan jalan (showing the way).

Teori manajemen hanya dibutuhkan pada saat sebuah perusahaan dalam kondisi stabil dan segala sesuatu dapat diprediksi dengan baik. Tetapi di kondisi yang penuh dengan ketidakpastian dan terus berubah saat ini, strategi memimpin lebih penting dari strategi manajemen. Sistem manajemen selalu berjalan dengan anggapan bahwa input yang sama akan menghasilkan output yang serupa. Pada saat ini terjadi perubahan yang kompleks. Dalam lingkungan yang selalu berubah saat ini, strategi memimpin yang fleksibel dan responsif jauh lebih penting daripada sebuah teori dan strategi manajemen yang kaku.

 Kemampuan Beradaptasi

Tiga kriteria yang paling diharapkan dari seorang pemimpin di masa depan adalah kemampuan untuk memotivasi karyawan, kemampuan untuk bekerja dengan baik lintas departemen dan kemampuan untuk dapat memfasilitasi segara perubahan. Kriteria-kiteria ini tentunya tergantung pada kriteria penting lainnya yaitu kemampuan beradaptasi. Kemampuan untuk berubah (atau diubah) agar sesuai dengan keadaan yang baru. Pemimpin yang dapat beradaptasi tentunya tidak memiliki sikap konservatif. Mereka memiliki keberanian dan kepercayaan diri, mereka dapat berlari dengan cepat ke arah baru dan mencoba pendekatan yang baru. Pemimpin yang agile (gesit) akan berhasil mengatasi ketidakpastian. Sebuah penelitian dari Right Management menemukan bahwa orang yang dapat beradaptasi dan fleksibel (dapat mengelola perubahan dan ketidakpastian), akan mendominasi 91% dari karyawan di masa depan.

Pemimpin yang Agile

Cheetah berlari sangat cepat. Rata-rata dapat berlari 90 kilometer per jam. Tetapi kecepatan cheetah bukan yang membuat musuhnya lelah untuk mengejarnya. Seekor cheetah melakukan manuver-manuver dalam berlari. Cheetah dapat berlari lambat seketika sampai 15 kilometer per jam dan belok dengan kencang seketika. Ia dapat melompat ke samping dan mengubah arah larinya dengan mudah, tanpa kehilangan fokus pada targetnya.

Para pemimpin modern harus agile (gesit) dan mampu bergerak dengan cepat untuk beradaptasi terhadap perubahan secara radikal. Para pemimpin yang gesit harus bergerak cepat dalam lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian. Para pemimpin yang bisa beradaptasi tidak takut untuk berubah. Mereka selalu update, mengadopsi strategi baru dan mencoba pendekatan baru. Jika satu strategi tidak berhasil, mereka mencoba strategi yang lain.

Leadershift

Pemimpin yang mampu mengeksekusi strategi leadershift harus berpikiran terbuka. Mereka akrab dengan perubahan, inovasi dan ide-ide baru. Mereka sangat menghargai banyak pendapat dan pilihan. Mereka lebih suka pertanyaan daripada jawaban. Mereka banyak belajar dari pengalaman.

Dalam sistem manajemen yang lama, para pemimpin akan membuat rencana jangka panjang 10 tahun, rencana jangka menengah 5 tahun dan rencana jangka pendek 2 tahun. Tetapi saat ini, rencana jangka panjang mungkin tidak lebih dari dua tahun. Waktu yang bergerak begitu cepat membutuhkan cara memimpin yang baru dan pemimpin dengan gaya yang baru; dan mengikuti tujuh prinsip dasar leadershift yaitu:

  1. Continually learn, unlearn and relearn. Terus Seperti sebuah air yang diminum dalam gelas, ketika habis isi kembali gelasnya. Tetaplah haus! Pengetahuan berubah dengan sangay cepat dan butuh pembaruan. Para pemimpin juga harus mengganti apa yang mereka pelajari kemarin dengan apa yang akan mereka pelajari besok.
  2. Value yesterday but live in today. Seperti sebuah permainan bola, kemenangan kemaren belum tentu akan menjamin kemenangan hari ini. Fokus pada tantangan saat ini, bukan kejayaan masa lalu.
  3. Rely on speed but thrive on timing. Cepat dan tepat waktu. Kita akan merasakan buah pir yang tidak enak rasanya jika kita tidak cepat dan tepat waktu dalam memetiknya. Hanya ada satu hari yang baik untuk memakan buah pir. Makanlah buah pir pada hari yang tepat, dan rasanya akan lezat. Pengaturan waktu adalah segalanya.
  4. See the big picture as the picture keeps getting bigger. Semakin banyak kita tahu tentang satu pelajaran, semakin kita paham bahwa semakin bodoh kita dan harus terus belajar. Anggap ini sebagai pembelajaran yang terus menerus. Seiring meningkatnya pengetahuan kita tentang suatu pelajaran, kita akan memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif terhadap pelajaran tersebut.
  5. Live in today, but think about tomorrow. Seorang pemimpin bukan hanya menjadi pemimpin untuk hari ini saja. Dia akan menjadi pemimpin di esok hari, minggu depan, bulan depan, tahun depan atau bahkan beberapa dekade kedepan. Rencanakan segala sesuatunya dengan tepat.
  6. Move forward courageously in the midst of uncertainty. Teruslah bergerak dengan berani di tengah ketidakpastian. Pemimpin itu dibayar untuk menghadapi ketidakpastian. Jadi harus dinikmati.
  7. Realize today’s best will not meet tomorrow’s challenges. Untuk menjadi pimpinan yang sukses, kita harus terus meningkatkan keterampilan. Di dunia yang serba berubah saat ini, apa yang berhasil kita lakukan di masa lalu mungkin tidak akan berhasil untuk dilakukan di masa yang akan datang. Luangkan waktu untuk merencanakan bagaimana caranya untuk menjadi lebih baik.

Lihatlah ke Dalam Diri Sendiri

Lihat bagaimana meningkatkan kemampuan kita untuk menjadi pemimpin yang lebih baik:

  • Learn something new (belajar sesuatu yang baru). Tanya pada diri sendiri, “Kapan terakhir kali saya belajar sesuatu untuk pertama kalinya?”
  • Try something different (coba sesuatu yang berbeda). Tanya pada diri sendiri, “Kapan terakhir kali saya melakukan sesuatu untuk pertama kalinya?”
  • Find something better (temukan sesuatu yang lebih baik). Tanya pada diri sendiri, “Kapan terakhir kali saya menemukan sesuatu yang lebih baik untuk pertama kalinya?”
  • See something bigger (lihat sesuatu yang lebih besar). Tanya pada diri sendiri, “Kapan terakhir kali saya melihat sesuatu yang lebih besar untuk pertama kalinya?”

Fundamental “Leadershift

Untuk menjadi pemimpin yang efektif, kita harus menjalani strategi leadershifts dalam beberapa cara. Setiap kemajuan yang kita capai sebagai seorang pemimpin akan mengubah cara kita berpikir, bertindak, dan memimpin. Ikuti 11 fundamental leadershifts yang mendasar sebagai berikut:

  1. Soloist to conductor: the “focus shift”. Kita bisa mendapatkan segalanya dalam hidup apa yang kita inginkan, jika kita membantu orang lain mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kesuksesan organisasi yang luar biasa tergantung pada kontribusi banyak orang, tidak hanya pada kontribusi para pemimpin seorang. Sebagai seorang pemimpin, kita harus beralih dari pemain tunggal yang sukses melakukan planning dan directing orang lain. Tugas kita adalah memastikan semua orang di tim bekerja secara produktif dan efisien. Kerahkan seluruh tenaga kita untuk memastikan seluruh karyawan tumbuh secara profesional.
  2. Goals to growth: the “personal development shift”. Sebuah tujuan itu bagus, tetapi perkembangan pribadi yang kita alami ketika kita bekerja untuk mencapai tujuan, biasanya yang akan lebih bermakna. Perkembangan pribadi berarti kita menjadi lebih baik. Berjuanglah untuk perkembangan pribadi diri sendiri, perusahaan dan orang-orang yang kita pimpin.
  3. Perks to price: the “cost shift”. Banyak sekali orang yang ingin menjadi pemimpin, tetapi seringkali dengan alasan yang salah. Mereka menginginkan kekuasaan. Mereka menginginkan kerja di ruangan khusus yang besar dan lebih banyak uang. Mereka ingin menjadi pemimpin untuk mendapatkan tunjangan yang lebih, bukan karena mereka dapat memberikan pembelajaran lebih untuk orang lain. Pemimpin semestinya harus fokus pada kontribusi yang dapat mereka berikan. Pemimpin sejati selalu menemukan motivasi dalam apa yang mereka berikan kepada orang lain.
  4. Pleasing people to challenging people: the “relational shift”. Apakah kita khawatir orang yang kita pimpin tidak menyukai kita? Jika ya, apakah kita mencoba berubah untuk menyenangkan mereka? Itu bukan cara yang baik untuk memimpin. Sebagai seorang pemimpin, kita harus berada dalam zona professional, bukan zona pertemanan. Kita tidak dapat menyenangkan semua orang. Tantang orang yang kita pimpin untuk menjadi yang terbaik.
  5. Maintaining to creating: the “abundance shift”. Tradisi/kebiasaan itu menarik dan memiliki kekuatan luar biasa. Kecenderungan alami seorang pemimpin adalah mempertahankan tradisi/kebiasaan, untuk menyesuaikan diri dengan masa lalu. Namun, sekarang semuanya berfokus pada inovasi, bukan pada pemeliharaan. Para pemimpin modern perlu bertanya, “Mengapa tidak melakukannya dengan cara lain, sebuah cara yang lebih baik?” Ini menunjukkan kreatifitas dan merupakan contoh sikap yang dibutuhkan pemimpin yang berpikiran terbuka. Mereka harus pindah dari zona nyaman, “Saya melakukan apa yang selalu saya lakukan”, ke zona kreatif, “Saya berusaha memikirkan apa yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya.”
  6. Ladder-climbing to ladder-building: the “reproduction shift”. Semua orang yang berkarir di sebuah perusahan tentunya ingin tahu, “Seberapa tinggi posisi saya nantinya?” Para pemimpin yang bijak tentunya memahami bahwa kehidupan yang baik itu tidak sekedar mencapai posisi yang tinggi. Sebaliknya, mereka semestinya membantu orang lain mencapai puncak. Para pemimpin yang selalu mendaki tangga sendiri harus berubah secara radikal menjadi pembangun tangga untuk orang lain. Seorang pemimpin harus berevolusi menjadi pemegang tangga untuk membantu orang lain menaiki tangga, dan akhirnya untuk memperbanyak tangga yang dapat membantu orang lain tumbuh menjadi pembangun tangga yang membantu orang lain membangun tangga mereka sendiri.
  7. Directing to connecting: the “communication shift”. Sepanjang sejarah, tipe kepemimpinan secara umum bersifat top-down, perintah dan kontrol, Saya bertanggung jawab dan Anda tidak. Kepemimpinan selalu berdasarkan asumsi untuk mengarahkan orang lain. Kepemimpinan hari ini berfokus pada hubungan, bukan mengarahkan. Ini kolaboratif dan memberdayakan. Para pemimpin mendengarkan orang-orang yang mereka pimpin. Kita akan menjadi pemimpin yang efektif dan produktif ketika kita mengajukan pertanyaan kepada karyawan, bukan dengan memberikan mereka jawaban.
  8. “Team uniformity to team diversity”: the “improvement shift”. Tim adalah sekumpulan orang dengan keterampilan berbeda yang saling melengkapi dan berkomitmen untuk tujuan bersama. Menunjukkan keberagaman, ciri khas sebuah tim kelas dunia. Para pemimpin yang hebat memahami nilai tersebut. Selama perang saudara di Amerika, Presiden AS Abraham Lincoln memilih kabinet yang beragam dan bersaing sehingga ia mendapatkan saran terbaik selama menjabat. Demikian pula, selama Perang Dunia II, perdana menteri Inggris Winston Churchill mengandalkan nasihat bijak dari musuh politiknya. Atur tim kita untuk dapat memberikan pendapat secara cerdas dan dapat menghargain perbedaan.
  9. Positional authority to moral authority: the “influence shift”. Hanya karena perusahaan kita menetapkan kita sebagai pemimpin, itu tidak berarti kita memiliki otoritas segalanya. Status kita sebagai pemimpin tidak secara otomatis memberi kita pengaruh. Daripada kita sibuk untuk memiliki kekuasaan atas posisi tertentu, lebih baik kita memiliki otoritas atas sebuah  moral yaitu pengakuan atas pengaruh seseorang berdasarkan pada siapa mereka bukan atas posisi mereka.
  10. Trained leaders to transformational leaders: the “impact shift”. Beralih dari pemimpin yang terlatih menjadi pemimpin yang transformasional bisa membawa perubahan dalam hidup kita. Pemimpin transformasional menginspirasi orang-orang yang mereka pimpin untuk menjadi pemimpi besar, untuk mendidik diri mereka sendiri, untuk menemukan informasi baru dan menjadi yang terbaik yang mereka bisa. Pemimpin transformasional mendorong bawahannya untuk menjadi pengaruh positif dalam kehidupan orang lain. Pemimpin transformasional itu visioner. Mereka berusaha untuk mengamankan masa depan bawahan mereka; mereka menginspirasi orang lain dengan kata-kata yang berani dan mereka yakin mereka dapat memperbaiki dunia. Mereka sangat semangat dan percaya pada tujuan yang jauh lebih besar dari diri mereka sendiri.
  11. Career to calling: the “passion shift”. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kategori orang di dunia pekerjaaan, di mana pun mereka bekerja di tingkat apapun: 1) mereka yang hanya sekedar bekerja, 2) mereka yang memiliki karier dan 3) mereka yang memiliki panggilan untuk bekerja. Kita tentu saja ingin berada dalam kategori yang terakhir, tetapi menemukan panggilan harus memiliki perspektif jangka panjang. Kita perlu bergerak bersama-sama ke arah yang positif dengan orang lain di sisi kita; bawahan akan menjadi penerus kita. Para pemimpin hebat memahami bahwa pengaruh mereka tergantung pada orang-orang yang mengikuti mereka.

 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *